Saat
itu Buddha Sakyamuni mengasihinya, dengan kekuatan kewibawaanNya memberkati
Maudgalyayana, barulah Yang Ariya mampu merenungkan, kembali pada rupanya
semula.
Ternyata
kakek tua ini pada masa kehidupan lampau
adalah ayah Maudgalyayana. Pada masa kelahiran lampaunya, Maudgalyayana pernah
bertengkar dengan ayahnya, saat itu muncul sebersit niat pikirannya : Cambuk
saja orang tua ini biar tulangnya patah, barulah hatiku jadi senang.
Oleh
karena sebersit niat jahat ini, sehingga pada masa kehidupan sekarang dia
menerima buah akibat seperti ini.
Yang
Ariya Maudgalyayana setelah menerima pelajaran Hukum Karma kali ini, sejak itu takkan
lagi berani meremehkan buah akibat karma. Maka itu, Yang Ariya Maudgalyayana
menasehati orang banyak sebanyak tiga kali : “Janganlah tidak berbakti pada
ayahbunda, guru dan senior, hati-hati dalam melontarkan perkataan dan menjaga
pikiran agar tidak timbul niat buruk. Bila tidak demikian, maka akibatnya juga
diterima sendiri, buah akibat karma sulit dihindari”.
(事見《眾經撰雜譬喻》卷上)
Tamat