Dengan cepat berita ini meluas hingga ke seluruh pelosok kota, penduduk kota saling bergunjing bahwa Bhikkhu Da Ge-luo tinggal di kuburan makan daging orang mati, akhirnya mereka berduyun-duyun menuju ke hutan pembuangan mayat untuk memeriksa kebenarannya.
Setelah berdiskusi akhirnya mereka memutuskan untuk berpura-pura mengadakan upacara kematian, lalu mengutus salah seorang penduduk untuk menyamar jadi orang mati, sementara penduduk lainnya berpura-pura jadi keluarga dan kerabat mendiang.
Setelah dilumuri dengan minyak kunyit, orang yang berpura-pura mati disuruh berbaring di atas tandu, lalu disembahyangi dengan makanan sesajian, kemudian tandu diangkat para penduduk keluar kota, sampai di hutan pembuangan mayat (hanya membuang jasad ke hutan tanpa dikubur).
Pada saat itu Bhikkhu Da Ge-luo yang melihat bahwa selama beberapa hari ini tidak ada orang yang meninggal dunia, sehingga mengambil patranya bersiap-siap menuju ke kota untuk berpindapatra, di tengah jalan dia melihat ada sekelompok orang yang sedang mengangkat tandu orang mati untuk dimakamkan, Bhikkhu Da Ge-luo segera kembali ke dalam hutan, bersiap-siap untuk memakan sesajian sembahyang.