Minggu, 31 Januari 2016

148



Sang Buddha berkata : “Rahula! Kamu saja mengatakan tidak ingat, lantas bagaimana boleh menuduh Shi Li-zi, Bhikkhu yang suci, yang sesungguhnya tidak berdosa dan mengatakan lagi tidak ingat?”

Pada saat itu Buddha Sakyamuni memberitahu pada para Bhikkhu : ”Bhikkhu Shi Li-zi sesungguhnya tidak berdosa, kalian seharusnya mengetahuinya. Sebaliknya, Bhikkhuni You-ni yang telah berdusta telah melanggar peraturan, seharusnya dikeluarkan dari Sangha, juga menanyakan kejelasan secara terperinci pada Shan-you dan Dadi, bagaimana kalian melihat proses kejadian tersebut”.

Setelah menyelesaikan ucapanNya, Buddha Sakyamuni memasuki samadhi.


147



melanggar Parajika’. Lalu juga ada Shan-you dan Dadi yang jadi saksi mengatakan bahwa ucapan ini adalah benar adanya. Pada waktu ini, Saya bertanya padamu apakah hal ini benar atau tidak, bagaimana kamu menjawabnya?”

Rahula memberitahu Buddha Sakyamuni : “Bhagava! Andaikata masih ingat maka mengatakan masih ingat, bila sebaliknya tidak ingat maka katakan tidak ingat”.


146


Shi Li-zi menjawab : “Bhagava, saya telah mendengarnya!”

Bhagava bertanya lagi : “Shi Li-zi! Katakanlah, apa yang telah terjadi?”

 Shi Li-zi menjawab : “Bhagava! Kenyataan yang sesungguhnya hanya Buddha yang mengetahuinya”.

Buddha Sakyamuni berkata : “Shi Li-zi! Sampai saat begini janganlah berkata sedemikian. Kalau memang ada maka mengakulah ada; sebaliknya kalau memang tidak ada maka katakanlah tidak ada”.

Shi Li-zi menjawab : “Bhagava, saya tidak ingat!”

Pada saat itu, Rahula yang bertugas mengipasi, berkata pada Buddha Sakyamuni : “Bhagava! Kenapa harus bertanya pada Shi Li-zi? Bhikkhuni You-ni yang menyampaikan langsung kepada Bhagava tentang hubungan tidak sucinya dengan Shi Li-zi, melanggar Parajika. Dua abang adik juga menjadi saksi mengatakan bahwa hal ini adalah nyata adanya. Lantas apa lagi yang mau dikatakan?”

Buddha Sakyamuni memberitahu Rahula : “Saya bertanya padamu, Rahula! Andaikata ada Bhikkhuni yang datang ke hadapanKu lalu berkata : ‘Bhagava! Rahula telah melakukan perbuatan yang melanggar peraturan, dengan diriku melakukan hubungan tidak suci,


145



Akhirnya dengan terpaksa You-ni menyetujui permohonan abangnya.

Shan-you dan Dadi, dua Bhikkhu ini menuju tempat keberadaan Buddha Sakyamuni dan bernamaskara. You-ni juga datang ke hadapan Buddha Sakyamuni, setelah bernamaskara lalu berkata : “Bhagava! Shi Li-zi telah melakukan perbuatan yang melanggar peraturan, melakukan hubungan tidak suci dengan diriku, melanggar Parajika”.

Shan-you dan Dadi menyampaikan pada Sang Buddha : “Bhagava! Ucapan ini memang adalah benar adanya, seperti apa yang dikatakan adik kami, kami telah mengetahui sebelumnya”.

Pada saat itu, Shi Li-zi juga berada di tempat tersebut.

Buddha Sakyamuni bertanya pada Shi Li-zi : “Shi Li-zi, apakah kamu mendengar semua percakapan ini?”


144


tak peduli.

You-ni jadi heran dan bertanya : “Apa maksud kalian, dua suciwan melihat kedatanganku, malah tak mempedulikanku?”

Kedua abangnya berkata : “Adik! Kami ditindas oleh Shi Li-zi, selama tiga hari ini membagi kami hidangan yang seadanya saja, sehingga kami jadi begitu marah. Kenapa kamu tidak bantu kami saja, malah tinggal sendiri dengan nyaman?”

“Suciwan! Bagaimana caranya supaya saya dapat membantu kalian?”

“Adik! Pergilah menuju tempat keberadaan Bhagava lalu sampaikan : ‘Bhagava! Shi Li-zi telah melanggar peraturan, melakukan hubungan yang tidak suci dengan diriku, melanggar Parajika‘. Kemudian saya juga akan menuju ke hadapan Bhagava untuk menjadi saksi, bahwa kejadian ini adalah nyata adanya”.

Namun sang adik malah membantah : “Beliau adalah Bhikkhu yang suci, mana boleh saya menfitnah dirinya?”

“Bila adik tidak sudi melakukan hal ini. maka kami hari ini takkan sudi berbicara denganmu”.



143



persembahan”.

Setelah mendengarnya, Dermawan berpikir dalam hati : Kabarnya Shan-you dan Dadi adalah Bhikkhu papamitra (sahabat jahat), bila kedua Bhikkhu ini besok datang ke rumahku, saya hanya meladeni mereka seadanya saja, tidak perlu menghidangkan sajian istimewa.

Hari kedua, dermawan menghidangkan menu makanan kategori kedua buat kedua Bhikkhu tersebut, oleh karena dermawan mempunyai urusan, dan juga tidak ada menu istimewa yang lezat. Hari ketiga menghidangkan sajian biasa.

Oleh karena dituntun kekuatan karma, Shan-you dan Dadi dua Bhikkhu ini, meskipun menjadi tamu tetapi hingga hari ketiga juga tidak memperoleh hidangan istimewa. Pada saat itu dua Bhikkhu ini berdiskusi : “Mengapa Shi Li-zi selama tiga hari ini sengaja memberikan pada kita makanan dan minuman seadanya, sehingga kita jadi tak gembira? Saya ingin mengacaukan dirinya”.

Mereka memiliki seorang adik perempuan yang telah menjadi Bhikkhuni yang bernama Bhikkhuni You-ni, tinggal di Vihara Wang Yuan. Pada suatu hari, Bhikkhuni You-ni berkunjung ke kediaman abangnya yakni Bhikkhu Shan-you dan Dadi. Melihat kedatangan adik perempuannya, dua Bhikkhu tersebut malah berlagak


142



Namun Bhikkhu Shi Li-zi memiliki jalinan jodoh buruk dengan dua orang Bhikkhu lainnya yang bernama Shan-you dan Dadi, jalinan permusuhan ini telah dijalin selama beberapa masa kehidupan, sehingga pada masa kelahiran sekarang Bhikkhu Shi Li-zi harus mengalami fitnahan.

Pada saat itu Shan-you dan Dadi datang dari arah selatan ke Vihara Hutan Bambu (Veluvana Arama), setibanya di vihara, mereka segera bertanya pada Bhikkhu lainnya : “Siapa yang bertanggungjawab mengurus makanan dan penginapan?”

Bhikkhu menjawab : “Dia adalah Bhikkhu Shi Li-zi”.

Maka itu Bhikkhu Shan-you dan Dadi segera menghadap Bhikkhu Shi Li-zi dan berkata : “Kami berdua datang untuk menginap, mohon berikan kami makanan”.

Pada saat itu Shi Li-zi menempatkan Shan-you dan Dadi sebagai tamu kehormatan, sehingga mereka berdua dapat menikmati makanan kategori pertama.

Hari itu dermawan datang bertanya : “Esok hari, siapa yang datang ke rumahku untuk menerima persembahan?”

Shi Li-zi menjawab : “Shan-you dan Dadi, dua Bhikkhu yang akan datang ke rumah anda menerima


141



hidup, lagi pula di vihara juga tidak ada ruang dapurnya. Sangha juga harus memperlakukan para Bhikkhu pendatang dengan baik selama tiga hari, setelah Bhikkhu pendatang menginap melewati tiga hari, maka tidak dianggap lagi sebagai tamu, sehingga pada hari keempat, mereka juga harus menjalani kehidupan berpindapatra, tidak memperoleh lagi perlakuan istimewa yakni menerima hidangan dari dermawan.

Bhikkhu Shi Li-zi memikul tanggung jawab untuk membagi kamar kuti dan makanan bagi para anggota Sangha, memperlakukan para Bhikkhu baik yang senior maupun yang junior dengan adil dan merata, sehingga tidak ada satupun anggota Sangha yang merasa diperlakukan tidak adil.


140


adalah Shi Li-zi sebagai yang terunggul”.

Pada masa kehidupan lampau menabur benih karma, pada masa kehidupan sekarang menerima akibatnya

Oleh karena “Gerombolan Enam Bhikkhu” yang hanya tahu menerima persembahan tetapi tidak mengamalkan peraturan, sehingga para Bhikkhu lainnya mendengar keluhan dari para dermawan. Para Bhikkhu membawa persoalan ini ke hadapan Buddha Sakyamuni.

Bhagava berkata : “Seharusnya mengutus Shi Li-zi yang membagi makanan kepada anggota Sangha”.

Maka itu Shi Li-zi diutus Sangha untuk menjadi pembagi makanan, Shi Li-zi membagi makanan untuk Sangha ke dalam tiga kategori :
1.    Makanan kategori pertama, dihidangkan bagi Bhikkhu pendatang, pada hari pertama dia memperoleh hidangan istimewa dari persembahan dermawan.
2.   Makanan kategori kedua, dihidangkan bagi Bhikkhu pendatang, pada hari kedua dia memperoleh hidangan ini dari persembahan dermawan.
3.   Makanan kategori ketiga, dihidangkan bagi Bhikkhu pendatang, pada hari ketiga dia memperoleh hidangan biasa dari persembahan dermawan.

Oleh karena pada waktu itu, anggota Sangha berpindapatra untuk mempertahankan keberlangsungan


139


guna membagi kamar kuti buat mereka.

Ada juga yang baru datang menginap pada pukul 21:00-22:00, Shi Li-zi menggunakan tiga jari tangannya untuk memancarkan cahaya. Yang baru tiba pada pukul 21:00-23:00, Yang Ariya akan menggunakan empat jari tangannya untuk memancarkan sinar guna membagi kamar kuti buat para Bhikkhu.

Ada pula Bhikkhu yang sengaja datang menginap pada tengah malam, Yang Ariya Shi Li-zi menggunakan lima jari tanganNya memancarkan cahaya guna membagi kamar kuti buat mereka.

Setelah menyaksikan kemampuan gaib tersebut, para Bhikkhu berpikir : Kami tidak seharusnya merepotkan Suciwan besar ini, Suciwan yang penuh tata krama ini yang telah membagi kamar kuti buat kami.

Maka itu mereka lebih giat dalam melatih diri, mengurangi waktu tidur, tekun menjalani kehidupan Sramana, oleh karena ketekunan ini, sehingga mereka yang belum mencapai tingkat kesucian akhirnya berhasil mencapai tingkat kesucian, yang telah mencapai tingkat kesucian akhirnya berhasil mencapai tingkat ketidakmunduran lagi.

Pada waktu itu, Bhagava memberitahu pada siswa-siswaNya : “Para Bhikkhu! Diantara para siswaKu, yang paling bijak dalam membagi kamar kuti,



138


Pada saat itu, Shi Li-zi melakukan namaskara pada Buddha Sakyamuni, setelah itu duduk di tempatnya sambil mendengar pembabaran Dharma dari Bhagava.

Pada saat itu para Bhikkhu di Rajagaha, tidak menghuni kamar kuti sesuai dengan kelompok masing-masing. Buddha Sakyamuni menyuruh Shi Li-zi untuk membagi kamar kuti bagi para Bhikkhu.

Kemudian Bhikkhu Shi Li-zi membuat pengelompokkan kamar kuti menurut profesi masing-masing Bhikkhu, para Bhikkhu yang belajar Sutra Pitaka ditempatkan dalam satu kamar, sedangkan para Bhikkhu yang belajar Vinaya Pitaka ditempatkan dalam satu kamar, para Bhikkhu yang belajar Abhidharma Pitaka ditempatkan dalam satu kamar, Bhikkhu penceramah tinggal bersama dengan Bhikkhu penceramah, dengan demikian barulah mereka dapat belajar bersama, mengembangkan sila, samadhi dan prajna.

Pada saat itu para Bhikkhu tamu baru tiba di Vihara Hutan Bambu pada pukul 19:00-20:00, Bhikkhu Shi Li-zi dengan kemampuan gaibnya, dengan satu jari tangannya memancarkan cahaya (bagaikan senter) lalu membagi kamar kuti buat mereka.

Ada juga para Bhikkhu yang menyukai menonton kemampuan gaib ini sehingga sengaja datang menginap pada pukul 19:00-21:00, Bhikkhu Shi Li-zi menggunakan dua jari tangannya untuk memancarkan cahaya


137


Suatu hari Bhikkhu Shi Li-zi memberitahu gurunya : “Upadhyaya! Murid telah bertemu dengan Dharmakaya Tathagata, namun belum bertemu dengan Rupakaya Buddha, hari ini saya berniat bertemu dengan Bhagava”.

Bhikkhu Ma Sheng berkata pada Shi Li-zi : “Pergilah! Ketahuilah bahwa kemunculan Buddha di dunia adalah amat langka sekali, ibarat permata istimewa yang sulit ditemukan, juga ibarat Bunga Udumbara yang jarang bermekaran”.

Setelah mendapat persetujuan dari gurunya, Shi Li menuju Kota Rajagaha, terlebih dulu menuju telaga untuk membersihkan diri, kemudian menuju Vihara Hutan Bambu (Veluvana Arama).

Pada waktu itu Buddha Sakyamuni melihat kedatangan Bhikkhu Shi Li-zi, berkata padanya : “Ehi (Mari) Bhikkhu! Kini saatnya, silahkan mengambil tempat duduk yang sesuai dengan keinginanmu”.



Sabtu, 30 Januari 2016

136



Setelah berpamitan pada ayahbundanya, Putra Mahkota Shi Li menuju tempat keberadaan Bhikkhu Ma Sheng, berkata : “Insan yang penuh kebajikan! Ayahbundaku telah menyetujuinya, semoga Anda bermaitri karuna menuntun diriku meninggalkan keduniawian”.

Yang Ariya Ma Sheng menabhiskan putra mahkota lalu memberitahukan padanya : “Shi Li-zi! Apakah anda mengetahuinya? Karir seorang Bhikkhu ada dua jenis :
1.    Membaca : mempelajari ajaran Tripitaka yakni Sutra, Vinaya dan Abhidharma pitaka.
2.   Melatih samadhi : giat melatih Jalan Pembebasan
Kamu lebih suka belajar ajaran atau lebih suka melatih Jalan KeBodhian?”

Shi Li-zi menjawab pertanyaan gurunya : “Upadhyaya (penahbis)! Diantara dua karir ini, saya ingin mempelajari semuanya”.

Sejak itu, setiap hari mempelajari Tripitaka dan tekun melatih diri, tidak lama kemudian berhasil menguasai Tripitaka, begitu tekunnya dan takkan membiarkan sedetik pun waktu berlalu dengan sia-sia, bertekad memutuskan seluruh kilesa (kekotoran batin), akhirnya mencapai tingkat kesucian tertinggi, Arahat.


135



Yang Ariya Ma Sheng berkata : “Bagus sekali!”

Setelah mendengarnya, Putra Mahkota Shi Li, dengan rasa hormat dan bersukacita, mohon pamit dan beranjak pergi! Dia pulang ke istana memohon ijin dari ayahbundanya agar memperbolehkannya meninggalkan keduniawian melatih diri, tetapi ayahbundanya malah tidak mengijinkannya, saat itu putra mahkota berkata : “Ayahanda! Ibunda! Mohon kalian memperbolehkan daku meninggalkan keduniawian menjadi Bhikkhu, jika kalian tidak mengijinkannya, maka mulai hari ini saya akan mogok makan”.

Ayahbundanya meskipun mendengar ancaman putra mahkota, tetapi belum melihat tindakan nyatanya. Shi Li-zi mulai mogok makan, hingga hari keenam, ayahbundanya menggunakan berbagai cara untuk menasehatinya, putra mahkota tetap bersikukuh pada keputusannya. Akhirnya ayahbunda mengijinkan putranya pergi meninggalkan keduniawian melatih diri.


134



Guru bagaikan Gunung Sumeru sedangkan siswa bagaikan biji sesawi; juga Guru ibarat air di lautan luas sedangkan siswa bagaikan air jejak kaki kerbau; juga ibarat sinar mentari dengan sinar kunang-kunang, sulit dibandingkan”.

Putra mahkota berkata pada Yang Ariya : “Insan yang penuh kebajikan! Hari ini saya berniat meninggalkan keduniawian, mempelajari kehidupan Sramana yang Anda jalani, apakah hal ini diperbolehkan?”

Yang Ariya berkata : “Putra mahkota! Apakah ayahbunda anda mengijinkan dirimu meninggalkan keduniawian?”

Shi Li-zi menjawab : “Insan yang penuh kebajikan! Ayahbundaku belum memberi ijin, tetapi saya pasti akan meminta persetujuan dari mereka!”


133



Utusan pulang ke istana melapor pada putra mahkota : “Bhikkhu ini ketika memasuki dusun tampak begitu penuh tata krama, ketika kembali ke hutan, tata kramanya seratus kali lipat lebih berwibawa daripada ketika berada di dusun”.

Putra Mahkota Shi Li yang mendengar ucapan utusan tersebut, segera menuju ke hutan, melihat Yang Ariya Ma Sheng sedang memasuki samadhi. Putra mahkota berkata dalam hati : Tidak sepantasnya saya mengganggu samadhi Bhikkhu ini, menanti hingga Beliau keluar dari samadhiNya, barulah saya bernamaskara padaNya.

Setelah melewati siang hari, Yang Ariya Ma Sheng baru keluar dari samadhi, Shi Li-zi menuju ke hadapanNya, bernamaskara pada Yang Ariya lalu berkata : “Insan yang penuh kebajikan! Apakah Anda adalah seorang Guru atau siswa?”

Bhikkhu Ma Sheng menjawab : “Saya adalah siswa, bukan Guru”.

Shi Li-zi bertanya lagi : “Apakah kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh Guru dan siswa?”

Yang Ariya menjawab : “Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki Guru dan siswa, bedanya adalah jauh sekali. Ketahuilah oh putra mahkota :


132



Setelah melihat hal ini, pangeran berkata dalam hati : Bhikkhu yang tampak penuh tata krama serupa ini sungguh belum pernah kulihat sebelumnya, sebagian besar anggota Sangha tampak penuh tata krama ketika memasuki dusun, tetapi ketika berada di kuti, tempat yang sepi, kelakuannya mungkin berbeda; hari ini saya akan mengutus orang untuk memeriksa apakah ketika berada di kuti, kelakuannya juga serupa dengan yang sekarang?

Utusan putra mahkota secara diam-diam mengikuti Bhikkhu Ma Sheng hingga ke hutan, mengamati semua kelakuannya. Pada saat itu Bhikkhu Ma Sheng baru saja selesai berpindapatra dan kembali ke hutan, selesai menyantap makanannya, lalu duduk bersila, kelakuannya penuh tata krama, setiap hari juga serupa penuh tata krama menjalani kehidupan Sramana.



131


Buddha Sakyamuni mengetahui bahwa Putra Mahkota Shi Li pernah menanam akar kebajikan pada masa Buddha lampau membabarkan Dharma di dunia, sekarang akar kebajikan ini telah masak dan sudah saatnya dapat menerima ajaran.

Buddha Sakyamuni juga mengamati siapa yang berjodoh mengajari putra mahkota ini? Apakah lebih berjodoh dengan Buddha? Atau lebih berjodoh dengan siswa Buddha? Atau menggunakan tata krama untuk menyelamatkannya? Dalam pengamatanNya, Buddha Sakyamuni mengetahui bahwa putra mahkota berjodoh dengan siswaNya yang terunggul dalam pelaksanaan tata krama.

Pada saat itu Bhikkhu Ma Sheng merupakan siswa Buddha yang terunggul dalam pelaksanaan tata krama. Maka itu, Bhagava memberitahu pada Bhikkhu Ma Sheng : “Pergilah ke Kerajaan Bobo untuk menyelamatkan Putra Mahkota Shi Li”.

Bhikkhu Ma Sheng menuruti pesan Buddha Sakyamuni, membawa patranya menempuh perjalanan ke Kerajaan Bobo. Pada saat itu putra mahkota sedang berada di atas paviliun, melihat dari kejauhan kedatangan Bhikkhu yang berjalan dengan tenang, yang belum pernah dia lihat sebelumnya, tampak begitu penuh tata krama.


130



Kemampuan Gaib dan kekuatan karma Putra Mahkota Shi Li-zi

Meninggalkan keduniawian mencapai kesucian

Pada jaman dahulu kala di India terdapat Kerajaan Bobo, rajanya bernama Sheng Jun, raja mempunyai seorang putra yakni putra mahkota Shi Li-zi, oleh karena akar kebajikannya sudah masak, sehingga berniat meninggalkan keduniawian dan melatih diri, pernah belajar dari guru aliran luar, oleh karena kecerdasan putra mahkota Shi Li melampaui orang-orang pada umumnya, menyadari bahwa aliran luar semuanya bertentangan dengan kebenaran dan palsu, maka itu berpikir di dalam hatinya : “Para guru ini bertentangan dengan kebenaran dan menjalani ajaran sesat, ibarat melangkah di jalan yang banyak hal yang menakutkan, insan bijaksana seharusnya menjauhinya.

Setelah pulang kembali ke istana, duduk di paviliun sambil merenungkan : “Di dunia ini siapa yang dapat membawaku keluar dari Avidya (kegelapan batin)? Para Buddha senantiasa dengan mata Buddha mengamati semua makhluk, yang tidak memiliki akar kebajikan dibantu agar menanam akar kebajikan; yang telah menanam akar kebajikan dibantu agar akar kebajikan ini jadi masak; yang akar kebajikannya sudah masak dibantu agar memperoleh pembebasan”.


Jumat, 29 Januari 2016

129



Juga dibuang rekan-rekan pengemisnya ke tumpukan kotoran. Kemudian, oleh karena kekuatan dari pertobatan dan tekadnya, terlahir di keluarga kaya raya, di dalam DharmaKu meninggalkan keduniawian dan melatih diri menjalani kehidupan Sramana, berhasil mencapai tingkat kesucian tertinggi, Arahat.

Kalian para Bhikkhu (termasuk juga umat berkeluarga)! Karma yang diperbuat diri sendiri, akibatnya juga akan diterima diri sendiri, buah akibat karma takkan hilang. Maka itu kalian seharusnya tekun memupuk kebajikan, jangan melakukan karma buruk, dengan cara demikianlah seharusnya melatih diri”.

(Kisah Bhikkhu Shan Lai tercantum di Mulasarvastivada-vinaya” bagian 42)



128



Buddha Sakyamuni melanjutkan membabarkan pada para Bhikkhu : “Apakah kalian mengetahuinya? Hartawan yang menghina Bhikkhu tersebut sekarang adalah Bhikkhu Shan Lai. Dia pernah membangkitkan niat benci pada Pratyeka Buddha, juga berniat mencelakaiNya, memanggil nama Suciwan sebagai E Lai, mendorongnya ke tumpukan kotoran, melakukan berbagai karma buruk ini, maka itu selama 500 kelahirannya, selalu menjadi pengemis, orang lain memanggil namanya sebagai E Lai.


127



karena banyak melakukan karma buruk, sehingga selamanya jatuh ke dalam penderitaan”.

Pada saat itu Yang Ariya yang melihat hartawan dengan ketulusan hati memohon pertobatan, sehingga melayang turun dari angkasa. Hartawan bernamaskara padaNya, dengan tulus membangkitkan pertobatan, kemudian menyajikan hidangan istimewa, bunga harum dan persembahan lainnya untuk dipersembahkan kepada Yang Ariya. Dengan penuh ketulusan bertobat dan berterimakasih pada Yang Ariya, semoga dapat menghapus karma buruknya.

Juga mengikrarkan tekad ”Semoga akar kebajikan dari berbagai persembahan yang saya lakukan ini, kelak pada masa kehidupan mendatang terlahir di keluarga kaya raya, bertemu dengan Maha Guru Pembimbing, melatih diri tanpa jenuh, berhasil mencapai tingkat kesucian tertinggi, pintu pembebasan dari tumimbal lahir”.

Sejak itu hartawan ini selalu melakukan pertobatan dan membangkitkan tekad serta melimpahkan jasa.


126



mengasihani kedunguan (moha) hartawan ini, lalu terbang ke angkasa dan menampilkan beragam kemampuan gaib. Melihat hal ini, hartawan membangkitkan penyesalan mendalam, bernamaskara pada Yang Ariya dan berkata : “Suciwan Shan Lai (kebajikan datang), sungguh merupakan ladang berkah! Semoga Anda bersedia turun, mengasihi diriku yang memiliki mata namun tak mengenali insan suci, terimalah pertobatan dariku, jangan biarkan diriku


125


dunia, meskipun hatiNya mengasihi para makhluk, tetapi tidak membabarkan Dharma, maka itu para makhluk tidak berkesempatan mendengar Buddha Dharma.

Tetapi apabila ada insan yang memiliki akar kebajikan, dapat dengan hormat memberi persembahan kepada anggota Sangha ini, juga dapat memperoleh berkah yang tak terhingga, merupakan satu-satunya ladang berkah tertinggi tiada taranya bagi para makhluk.

Pada saat itu ada seorang hartawan sedang menikmati kesenangan di taman, tiba-tiba datanglah seorang anggota Sangha yang menderita penyakit. Hartawan yang melihat Bhikkhu ini mengenakan jubah yang terbuat dari kain kasar, tangannya membawa patra berpindapatra ke tamannya, hatinya jadi benci, sehingga memerintah para bawahannya : “Jangan biarkan si E Lai (kejahatan datang) itu masuk ke sini!”

Para pengawal hartawan yang melihat Bhikkhu ini yang menderita penyakit, maka itu tidak mengusirnya pergi. Saat itu hartawan menjadi marah besar, mencekik leher Bhikkhu ini, mendorongnya keluar hingga jatuh ke tumpukan kotoran, lalu berkata : “Kamu ini, kenapa tidak bergabung saja ke dalam kelompok pengemis!”

Bhikkhu ini telah mencapai Pratyeka Buddha, demi


124


puncak kepala Shan Lai dan berkata : “Mengapa Shan Lai tidak merenungi saja apa sebabnya?”

Saat itu, Shan Lai berangsur siuman, lalu mengikuti Buddha Sakyamuni pulang ke Taman Jetavana. Buddha Sakyamuni memberitahu para Bhikkhu : “Anda sekalian seharusnya merenungi bahwa minum arak akan melakukan banyak kesalahan, maka itu tidak boleh meminum arak”. Kemudian Buddha Sakyamuni membabarkan berbagai bahaya dari minum arak……


Akibat dari memaki anggota Sangha

Saat itu para Bhikkhu mengajukan pertanyaan pada Buddha Sakyamuni : “Bhagava! Bhikkhu Shan Lai pada masa kehidupan lampaunya pernah menimbun berkah apa, sehingga pada masa kehidupan sekarang terlahir di keluarga hartawan? Lalu karma buruk apa yang telah diperbuatnya sehingga jatuh miskin dan menjadi pengemis, namanya berubah jadi E Lai? Lalu berkah apa pula yang pernah diperbuat sehingga dapat bertemu dengan Bhagava dan mencapai Arahat?”

Buddha Sakyamuni membabarkan pada para Bhikkhu : “Dengarlah dengan seksama : Pada jaman dahulu kala tidak ada Buddha yang membabarkan Dharma di dunia, waktu itu ada Pratyeka Buddha yang muncul di


123


Menanti setelah Bhagava selesai menerima persembahan di rumah Anathapindika dan membabarkan Dharma padanya, barulah datang ke tempat Shan Lai jatuh pingsan.

Buddha Sakyamuni membabarkan pada para Bhikkhu : “Tempo hari di Gunung Sumsumara, dia menaklukkan Naga Beracun Anpo, sekarang malah mabuk hingga terbaring di permukaan tanah, bahkan hanya untuk menangkap seekor belut kecil saja dia juga tidak sanggup, apalagi untuk menaklukkan naga beracun yang besar?

Para Bhikkhu sekalian! Andaikata minum arak akan menimbulkan fenomena sedemikian rupa”. Buddha Sakyamuni menggunakan tanganNya mengusap


122



Buddha Sakyamuni memberitahu Shan Lai : “Kamu telah menyetujui untuk menerima permohonan Brahmana, seharusnya memenuhi janji ini terlebih dulu”.

Bhikkhu Shan Lai menuju rumah Brahmana untuk menerima persembahan. Brahmana menyajikan hidangan istimewa untuk dipersembahkan pada Yang Ariya, demi supaya Yang Ariya dapat mencerna dengan lebih baik, sehingga meneteskan sedikit arak ke dalam minumannya.

Bhikkhu Shan Lai yang tidak mengetahui ada arak di dalam minumannya, setelah selesai minum beliau berjalan pulang, di tengah perjalanan disinari oleh teriknya mentari, akhirnya mabuk dan jatuh terbaring di permukaan tanah. Buddha Sakyamuni yang mengetahui hal ini, menciptakan rerumputan untuk menutupi Shan Lai sehingga tak terlihat oleh orang lain.

121


Sravasti, pertama-tama terimalah persembahan dari saya”. Yang Ariya Shan Lai menerima permohonannya.

Para penduduk di kaki Gunung Sumsumara setelah memberi persembahan kepada Buddha dan Sangha hingga tujuh hari kemudian, menuju ke hadapan Buddha Sakyamuni, melakukan namaskara, dengan hati yang paling tulus mendengarkan pembabaran Dharma. Pada persamuan Dharma tersebut, terdapat para makhluk yang tak terhingga berhasil mencapai tingkat kesucian. Setelah persamuan Dharma ini usai, Buddha Sakyamuni dan para siswaNya pulang kembali ke Taman Jetavana di Sravasti.

Pada saat itu, Anathapindika datang ke tempat kediaman Buddha Sakyamuni, bernamaskara dan berkata : “Bhagava! Semoga Buddha dan Sangha datang ke rumahku untuk menerima persembahan”. Buddha Sakyamuni menerimanya. Kemudian Anathapindika mohon pamit dan beranjak pergi.

Saat itu, Brahmana juga datang ke tempat kediaman Bhikkhu Shan Lai, berkata : “Yang Ariya! Tempo hari di kaki gunung, saya yang pertama kali mengundang anda, bila anda pulang ke Kota Sravasti, pertama-tama akan menerima persembahan dariku, kini adalah saatnya”.

Shan Lai memberitahu persoalan ini kepada Bhagava.

120



Buddha Sakyamuni menerima persembahan mereka. Setelah menerima persembahan, dari hari pertama sampai hari ketujuh, Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma kepada mereka.

Pada saat itu ada seorang Brahmana yang merupakan sahabat mendiang ayah Shan Lai, dia mampu menggunakan ilmu mantra untuk membasmi naga, tetapi terhadap Raja Naga Anpo ini, ilmu mantranya malah tak berdaya. Oleh karena takut pada naga beracun ini, makanya dia pindah ke Kota Sravasti, bahkan juga mengubah namanya, Raja Prasenajit mengangkatnya jadi pejabat tinggi.  

Pejabat ini datang ke kaki Gunung Sumsumara, mendengar bahwa Bhikkhu Shan Lai berhasil menaklukkan naga beracun, maka datang ke hadapan Bhikkhu Shan Lai, dengan hormat melakukan namaskara lalu berkata : “Yang Ariya! Kami oleh karena takut pada naga beracun sehingga pindah ke tempat lain, hari ini mendengar bahwa Yang Ariya dengan hati maitri karuna demi rakyat banyak dan menghapus ancaman bahaya, ini adalah kabar yang amat bagus. Mohon anda bermaitri karuna, esok hari di sini menerima persembahan dari kami”.

Saat itu, Yang Ariya Shan Lai tidak bersedia menerimanya, Brahmana mengulangi permohonannya : “Jika tidak bersedia menerima persembahan kami di sini, semoga ketika Yang Ariya pulang ke Kota