Melihat kondisi ini, si pertapa juga
menggunakan kemampuan gaib terbang dan pergi, selanjutnya tidak ada lagi
praktisi yang berani menginjakkan kaki dan berpindapatra di dusun tersebut,
maka itu penduduk di sana mulai berpikir : “Menyiram kotoran ke tubuh Yang
Ariya bisa mendatangkan berkah, tetapi sekarang sudah tidak ada anggota Sangha
lagi di dusun ini, ayahbunda juga boleh mewakilinya. Sehingga sejak itu mereka
menuangkan kotoran ke tubuh ayahbunda”.
Saat itu di dusun itu ada dua orang
sesepuh, melihat para penduduk dusun sudah bertindak di luar akal sehat, memperingatkan
mereka : “Kalian menuangkan kotoran ke tubuh anggota Sangha dan ayahbunda, ini
adalah tindakan yang melanggar ajaran bakti dan kebenaran, benih karma buruk
ini kelak pasti mendatangkan penderitaan”.