Mendengar wejangan dari sesepuh, penduduk
dusun bukan saja tidak percaya malah semakin bertambah pandangan sesatnya,
pikiran jahat yang tiada hentinya”.
Buddha Sakyamuni melanjutkan membabarkan : “Pada
kehidupan lampau putri sesepuh itu, sekarang adalah putra mahkota Ding Ji. Para
penduduk dusun yang berpandangan sesat, sekarang adalah penduduk Kota Shengyin.
Sedangkan dua orang sesepuh yang menasehati penduduk dusun agar tidak melakukan
karma buruk, sekarang adalah Li Yi dan Chu Huan, dua pejabat setia.
Oleh karena perbuatan baik mereka pada masa
kelahiran lampau, yang menasehati penduduk dusun, sehingga sekarang dapat
terhindar dari bencana, tidak mati tertimpa tanah. Abang putri yang sulit menikah tersebut, yang
mendengar cerita adiknya menyiram kotoran ke tubuh Bhikkhu, lalu tertawa,
sekarang adalah Mahakatyayana”
Buddha Sakyamuni melanjutkan lagi
membabarkan : “Para Bhikkhu! Mahakatyayana pada masa kehidupan lampau mendengar
cerita adiknya menyiram kotoran ke tubuh anggota Sangha lalu tertawa, menanam benih
karma buruk “Ikut bersukacita melihat kejahatan”, sehingga pada kehidupan
sekarang masih saja harus tertimpa tanah; andaikata dia tidak meninggalkan
keduniawian dan mencapai Arahat, maka hari ini