berbaris di depan pintu
rumahnya, berkata pada bawahannya : “Buddha Sakyamuni dan para anggota Sangha
segera tiba, cepat alihkan para pengemis ini keluar”. Pengawal segera mengusir
para pengemis tersebut.
Para pegemis merasa
keheranan, sehingga saling berdiskusi : “Bukankah hartawan Anathapindika selama
ini amat bermaitri karuna, yang merupakan tempat bergantung bagi yatim piatu, kenapa
hari ini beliau malah mengusir orang-orang miskin? Apakah ketidakberuntungan
ini dibawa oleh E Lai, kekuatan karma buruknya mempengaruhi peruntungan kita?”
Para pengemis
beranggapan bahwa gara-gara nasib sial E Lai menyebabkan mereka diusir, maka
itu mereka menangkap E Lai dan membuangnya ke tumpukan kotoran. E Lai dipandang
rendah oleh rekan-rekannya, lalu juga tidak dipedulikan lagi oleh kelompok
pengemis, sehingga dia menangis tersedu-sedu di atas tumpukan kotoran.
Saat itu Buddha
Sakyamuni sedang membawa patraNya, dengan dikelilingi oleh para anggota Sangha,
berjalan menuju rumah Anathapindika untuk menerima persembahan. Sang Buddha,
yang oleh kekuatan Maha KarunaNya sehingga rombonganNya melewati tempat
berdirinya E Lai.