Jumat, 12 Februari 2016

227 ~ Tamat



Saat itu Buddha Sakyamuni mengasihinya, dengan kekuatan kewibawaanNya memberkati Maudgalyayana, barulah Yang Ariya mampu merenungkan, kembali pada rupanya semula.  

Ternyata  kakek tua ini pada masa kehidupan lampau adalah ayah Maudgalyayana. Pada masa kelahiran lampaunya, Maudgalyayana pernah bertengkar dengan ayahnya, saat itu muncul sebersit niat pikirannya : Cambuk saja orang tua ini biar tulangnya patah, barulah hatiku jadi senang.

Oleh karena sebersit niat jahat ini, sehingga pada masa kehidupan sekarang dia menerima buah akibat seperti ini.

Yang Ariya Maudgalyayana setelah menerima pelajaran Hukum Karma kali ini, sejak itu takkan lagi berani meremehkan buah akibat karma. Maka itu, Yang Ariya Maudgalyayana menasehati orang banyak sebanyak tiga kali : “Janganlah tidak berbakti pada ayahbunda, guru dan senior, hati-hati dalam melontarkan perkataan dan menjaga pikiran agar tidak timbul niat buruk. Bila tidak demikian, maka akibatnya juga diterima sendiri, buah akibat karma sulit dihindari”.

(事見《眾經撰雜譬喻》卷上)


Tamat



226



Meskipun Buddha Sakyamuni berkata sedemikian rupa, namun Maudgalyayana yang merasa kemampuan gaibnya begitu hebat, sama sekali tidak peduli pada “kekuatan karma”, lalu dengan kemampuan gaibnya terbang tinggi ke angkasa.

Tetapi tiba-tiba terdengar suara “Ba La”, Maudgalyayana jatuh dari angkasa tepat di depan jari-jari roda gerobak milik seorang kakek tua. Pada saat ini, Yang Ariya Maudgalyayana oleh karena pengaruh kekuatan karmanya, berubah jadi buruk rupa kayak setan, kakek tua mengira itu adalah benda jahat dan sesat, sehingga mengangkat jari-jari roda gerobak dan memukuli Maudgalyayana sehingga Yang Ariya menderita patah tulang.

Yang Ariya Maudgalyayana dipukul, sakitnya bukan main, hingga tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar biasa, akibatnya pikirannya jadi kacau balau, kemampuan gaib apapun tidak mampu ditampilkan keluar.


225



Maha Maudgalyayana (Pali: Maha Moggallana) merupakan siswa utama Buddha Sakyamuni yang memiliki kemampuan gaib terunggul diantara para siswa Sravaka. Pada suatu hari, Buddha Sakyamuni mengingatkan Maudgalyayana : “Musuh kerabat penagih hutangmu akan segera tiba”.

Maudgalyayana sama sekali tidak mempedulikan hal ini, dia memberitahu pada Buddha Sakyamuni : “Bhagava! Saya memiliki kemampuan gaib, mana  mungkin takut pada musuh kerabat penagih hutang? Apabila kekuatan karma menyerang dari arah Timur, maka saya akan lari ke arah barat; bila datang dari arah utara, saya lari ke arah selatan, bagaimana mungkin bisa mengenai diriku?”

Buddha Sakyamuni menasehatinya lagi : “Maudgalyayana! Kekuatan karma tidak dapat dihindari”.


224



Kekuatan Karma Melampaui Kemampuan Gaib, Menerima Akibat Perkataan Yang Dilontarkan Keluar

Buddha Sakyamuni dalam membimbing para siswaNya senantiasa mengingatkan mereka bahwa : “Kekuatan karma melampaui kemampuan gaib” dan “Menerima akibat perkataan yang dilontarkan keluar”.

Para makhluk, tak peduli karma baik maupun karma buruk yang mereka lakukan, kekuatan karma ini melampaui segala jenis kemampuan gaib, seperti perumpamaan kisah Yang Ariya You Tuo-yi dan Bhikkhu Xian Dao, mereka ini telah memperoleh kekuatan gaib sempurna, yang bebas tanpa rintangan, tetapi ketika karma berbuah, kemampuan gaib yang dimiliki juga sama sekali tidak bisa efektif.  


Kamis, 11 Februari 2016

223



Para murid yang mendengarnya semuanya merasa amat bersukacita, segera memuji Triratna, yakni Buddha, Dharma dan Sangha, merupakan kejayaan besar, sungguh merupakan ladang berkah yang tertinggi tiada duanya di dunia ini.

(事見《根本說一切有部毗奈耶出家事》卷四、
出家事
《福蓋正行所集經》卷五)




222



Bhikkhu Arahat kemudian menceritakan kepada semua hadirin tentang kisah gurunya yang sebelum meninggalkan keduniawian, membunuh ibu kandungnya sendiri, kemudian setelah wafat jatuh ke Neraka Avici, oleh karena jasa kebajikan membangun kamar mandi untuk para anggota Sangha membersihkan raga, memperoleh pemberkatan dari Buddha, sehingga terlahir di Surga Catur Maharaja Kayika menjadi Dewa, kemudian di hadapan Buddha mendengar pembabaran Dharma dan mencapai tingkat kesucian pertama, Sotapanna.


221



Bhikkhu Arahat memberitahu Bhikkhu kecil : “Kamu bertanya tidak pada waktu dan tempatnya, kecuali pada saat para Bhikkhu sedang berkumpul pada satu ruangan, kamu mengajukan pertanyaan ini, maka saya pasti akan menjawabnya”.

Kemudian ketika para Bhikkhu berkumpul bersama, Bhikkhu kecil itu di hadapan orang banyak bertanya pada Bhikkhu Arahat : “Senior! Beberapa hari yang lalu saya melihat anda kegirangan dan tertawa, apakah ini dikarenakan kini anda menduduki jabatan ketua vihara, sehingga merasa senang?”


220



Setelah berpikir demikian, lalu Bhikkhu Arahat menggunakan kekuatan gaibnya mengamati Neraka, tetapi tidak tampak gurunya, lalu mengamati Alam Manusia, Alam Binatang dan Alam Setan Kelaparan, juga tidak tampak gurunya,  lalu mengamati Alam Surga, akhirnya melihat gurunya ada di Surga Catur Maharaja Kayika, bahkan telah menghadap Buddha Sakyamuni dan mencapai tingkat kesucian Sotapanna.

Saat itu Bhikkhu Arahat merasa terhibur dan tersenyum berkata : “Buddha, Dharma dan Sangha sungguh menakjubkan, orang yang dosanya amat berat yang jatuh ke Neraka Avici, oleh karena jasa kebajikan yang unggul sehingga dapat terlahir ke Alam Surga”.

Saat itu Bhikkhu kecil yang melihat Bhikkhu Arahat begitu kegirangan, sehingga bertanya : “Guru! Apakah karena kini anda sudah jadi kepala vihara maka begitu senang dan kegirangan?”


219


bernamaskara pada Bhagava, menaburkan beraneka jenis bunga istimewa di atas puncak kepala Sang Buddha, bunga-bunga yang jumlahnya banyak sehingga menumpuk hingga melewati atas lutut.

Setelah selesai melakukan berbagai penghormatan dan persembahan kepada Buddha Sakyamuni, lalu duduk di hadapan Bhagava sambil mendengar pembabaran Buddha Dharma. Buddha Sakyamuni membabarkan pada Dewa tentang Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariyasaccani), Dewa segera mencapai tingkat kesucian pertama yakni Sotapanna, kemudian Dewa mengucapkan gatha, selesai mengucapkan gatha, bernamaskara dan berterimakasih pada Buddha Sakyamuni lalu pulang kembali ke Surga.

Sebagian murid-murid Dharma Master adalah Arahat, pada hari itu ada dermawan yang datang ke vihara memberi persembahan kepada Sangha, pada waktu menerima persembahan, murid kecilnya menimba air dari sumur kemudian menuangkan air segar tersebut ke dalam patra, Bhikkhu Arahat yang menerima persembahan air, menggunakan jarinya menyentuh air segar tersebut, merasakan betapa sejuknya air ini, tiba-tiba teringat pada guru mereka yang masih berada di Neraka Avici malah minum cairan tembaga yang mendidih.


218



Surga Catur Maharaja Kayika, oleh karena membangun kamar mandi, membersihkan tubuh jasmani para Bhikkhu, dengan kekuatan berkah ini dan terlahir di Surga.

Saat itu Dewa ini (Dharma Master) berpikir : Oleh karena upaya kausalya Dharma ajaran Bhagava, sehingga saya terlahir di Alam Surga, kini seharusnya saya menuju ke hadapan Bhagava untuk memberi persembahan, membalas budi Buddha.

Oleh karena kekuatan berkah surgawi, sehingga dengan sendirinya mempunyai beragam permata yang memenuhi sekujur tubuhnya, pada malam itu juga, tubuhnya memancarkan cahaya, menyinari Taman Jetavana, datang ke hadapan Buddha Sakyamuni,


217



Dharma Master yang membunuh ibu kandungnya, ketika berada di Neraka, tubuhnya dibakar oleh api yang membara, dia jadi teringat akan kamar mandi yang dibangun, sehingga berteriak dengan suara keras : “Kamar mandi! Kamar mandi! Api membara membakar diriku hingga begitu tersiksa!”

Penjaga pintu neraka menggunakan alat penumbuk vajra untuk memukul kepalanya, memberitahukan padanya : “Dasar orang terhukum! Di sini adalah Neraka Avici, kenapa kamu mengatakan adalah kamar mandi?”

Ketika pengawal neraka menggunakan alat penumbuk vajra untuk memukul kepala Dharma Master, seketika itu juga Dharma Master membangkitkan pikiran baik, memohon pemberkatan maitri karuna Sang Buddha, seketika juga ajalnya berakhir, terlahir di Surga Catur Maharaja Kayika menjadi Dewa.

Setiap Dewa yang baru terlahir akan timbul tiga bentuk pikiran :
1, Darimana daku berasal?
2, Sekarang saya terlahir di mana?
3, Apa sebab dan kondisinya sehingga terlahir di sini?

Setelah terpikir akan hal ini, maka dia akan menggunakan kemampuan gaib untuk melakukan pengamatan, sehingga mengetahui bahwa diri sendiri berasal dari Neraka Avici, sekarang terlahir di



216


juga akan jatuh, berkumpul juga pasti akan berpisah, segala yang memiliki kehidupan pasti akan mati”. 

Selesai berkata dia menghembuskan nafas terakhir, langsung jatuh ke Neraka Avici. Sebagian murid-muridnya yang sudah mencapai Arahat, ingin mengetahui ke mana gurunya akan terlahir? Lalu memasuki samadhi.

Setelah mengamati Alam Surga, Manusia, Alam Binatang, bahkan hingga Alam Setan Kelaparan juga tidak ketemu. Akhirnya berhasil menemukannya di Neraka Avici.

Para murid yang telah mencapai tingkatan kesucian jadi curiga : Semasa hidupnya guru menjalankan sila dengan disiplin, kaya pengetahuan, dengan Buddha Dharma menuntun para makhluk, tetapi kenapa malah jatuh ke Neraka Avici? Sebenarnya karma buruk apa yang pernah dilakukan guru sebelum meninggalkan keduniawian? 

Mereka memasuki samadhi sekali lagi untuk melakukan pengamatan, kemudian melihat guru ketika masih menjadi orang awam, pernah membunuh ibu kandungnya sendiri, sehingga jatuh ke Neraka Avici.


215



Para Bhiksu menuruti Dharma lalu mengusir Dharma Master yang telah membunuh ibu kandungnya sendiri. Setelah diusir, dia tidak sudi lepas jubah kembali ke duniawi, akhirnya dia menuju ke daerah perbatasan dan menetap di sana.

Di daerah perbatasan ini, Dharma Master memberi ceramah Dharma kepada penduduk setempat, oleh karena kebijaksanaan dan berlidah fasih, sehingga menggugah seorang hartawan jadi meyakini Buddha Dharma, hartawan ini amat menghormati Dharma Master, mendirikan vihara untuknya, di vihara ini Dharma Master memberi ceramah Dharma, perlahan para anggota Sangha dari berbagai daerah lainnya juga berdatangan untuk mendengar ceramah Dharma Master ini, bahkan murid-muridnya banyak yang merupakan suciwan yang sudah mencapai Arahat.

Akhirnya pada suatu hari, Dharma Master terserang penyakit, meskipun sudah diobati namun tak kunjung sembuh, perlahan penyakitnya semakin parah, mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi, maka berpesan pada murid-muridnya : “Mohon bangun sebuah kamar mandi”. 

Murid-muridnya menuruti kata Dharma Master membangun kamar mandi. Kemudian Dharma Master mengucapkan gatha : “Apa yang menyatu juga akan berpencar, yang berada di atas



214



“Membunuh ibunda”.

“Ibu kandung?”

“Ya, ibu kandung!”

Para Bhiksu kemudian menyampaikan pada Buddha Sakyamuni tentang Dharma Master yang telah membunuh ibu kandungnya dan takut pada dosa berat yang diperbuatnya, sehingga tekun belajar dan menjadi Dharma Master.

Setelah mendengar hal ini, Buddha Sakyamuni membabarkan : “Bila ada orang membunuh ayahbundanya, lalu memohon untuk ditabhiskan jadi anggota Sangha, dengan membiarkan orang yang telah melakukan dosa berat ini menjadi anggota Sangha, akan merusak Buddha Dharma, harus mengusirnya keluar, tidak boleh membiarkan dirinya tinggal di dalam organisasi Sangha. 

Mulai sekarang dan selanjutnya di dalam VinayaKu, bila ada orang yang datang memohon ditabhiskan jadi anggota Sangha, haruslah bertanya terlebih dulu padanya, apakah dia pernah membunuh ayahbundanya dan sebagainya, apabila tidak bertanya terlebih dulu dan membiarkannya memasuki Sangha, maka ini melanggar Samaya Sila“.


213



Putra brahmana berpikir dalam hati : Ternyata Ajaran Buddha mempunyai cara untuk menghapus dosa, kini saya seharusnya meninggalkan keduniawian untuk menimbun karma baik, untuk menghapus dosa berat akibat membunuh ibunda.  

Kemudian dia memberitahu pada Bhiksu : “Suciwan! Saya ingin meninggalkan keduniawian dan melatih diri, mohon bermaitri karuna menyelamatkan diriku menjadi anggota Sangha”.

Para Bhiksu menabhiskannya jadi anggota Sangha dan menurunkan sila padanya. Setelah menjadi anggota Sangha, setiap hari dia begitu giat mempelajari Sutra, Vinaya dan Abhidharma Pitaka, tidak lama kemudian berhasil menguasai Buddha Dharma, berlidah fasih dan pandai dalam berdiskusi.

Ada seorang Bhiksu yang melihatnya begitu rajin, sehingga bertanya padanya : “Dharma Master! Mengapa anda begitu tekun belajar, apakah ada sesuatu harapan yang ingin terpenuhi?” 

Dharma Master menjawab : “Demi menghapus dosa beratku barulah saya begitu tekun”.

“Dharma Master, dosa berat apa yang telah anda perbuat sehingga memohon untuk dihapus?”


212



Putra brahmana yang sudah bertanya pada banyak praktisi aliran luar, hasilnya adalah menyarankannya agar bunuh diri untuk menghapus dosanya, tidak ada cara lainnya lagi; tetapi dia sendiri tidak ingin mati.

Kemudian dia tiba di hutan di mana banyak anggota Sangha sedang melatih diri  di sana. Dia mendengar para Bhiksu sedang membaca sutra, salah satu bait yang dia dengar adalah : “Andaikata ada orang yang melakukan karma buruk, menimbun kebajikan dapat menghapusnya, dapat menerangi dunia, bagaikan mentari muncul di balik awan”.


211



Tanpa berkata apa-apa, putri brahmana meninggalkannya di dalam kamar seorang diri, lalu ke lantai atas dan berteriak dengan keras tangkap maling.

Putra brahmana yang mendengarnya segera melarikan diri. Dia pulang ke rumahnya, lalu membuang pedangnya ke lantai, lalu dengan suara nyaring berteriak : “Pencuri telah membunuh ibu kandungku! Pencuri telah membunuh ibu kandungku!”

Kemudian memperabukan ibundanya. Setelah itu dia mulai menyesali perbuatannya yang membunuh ibu kandung sendiri, lalu menuju ke berbagai pelosok untuk bertanya pada orang pandai bagaimana caranya agar dia bisa menghapus dosanya. 

Ada aliran luar yang memberi saran agar dia membakar tubuhnya sendiri, untuk menghapus dosa beratnya; ada pula yang berkata agar dia mendaki gunung lalu melompat ke bawah, dapat menghapus dosa beratnya; ada pula yang berkata : “Membunuh diri dengan melompat ke dalam sungai, bisa menghapus dosa berat”. 

Selain itu ada pula aliran luar yang berkata bahwa pelaku kejahatan, asalkan ikhlas bunuh diri, maka dapat menghapus dosa beratnya. 


210



Namun api nafsu sudah membakar dan membutakan hati putranya, tiada kejahatan yang tidak berani dilakukannya, sehingga mencabut pedang dan membunuh ibundanya. Kemudian buru-buru keluar menuju rumah brahmana jahat untuk menemui putri dambaannya.

Tetapi ketika bertemu dengan putri dambaannya, dia malah ketakutan sehingga sekujur tubuhnya gemetaran. Melihat hal ini putri brahmana berkata : “Kamu jangan takut, di sini hanya tinggal saya seorang diri saja!”

“Nona! Demi dirimu saya telah membunuh ibu kandungku sendiri”.

Putri brahmana berpikir dalam hati : Orang ini benar-benar jahat, ibu kandung sendiri saja bisa dibunuh, apalagi saya adalah orang lain?”


209



lalu memindahkan kasurnya ke depan pintu kamar putranya. Sampai tengah malam, putranya berteriak : “Mama! Tolong bukakan pintu, saya mau buang air di luar”.

Ibunda menjawab : “Saya telah menaruh wadah buang air di kamarmu, kamu buang air di dalam kamar saja, tidak perlu keluar”. 

Tidak berapa lama kemudian, putranya berteriak lagi : “Mama! Buka pintu!”

Ibunda juga tidak sudi membukakan pintu, sehingga putranya jadi marah. Ibunda berkata : “Saya tahu kamu hendak ke mana, saya berbuat begitu juga demi kebaikanmu, memikirkan keselamatanmu. Lebih baik saya mati di sini, juga takkan membiarkan dirimu pergi melakukan kejahatan”.


208



Selama seharian, pemuda-pemuda ini berusaha menjaga putra brahmana agar tidak melakukan perbuatan yang tidak benar. Lalu mendampinginya pulang ke rumah.

Secara diam-diam, pemuda-pemuda ini menyampaikan pada ibunda putra brahmana ini : “Bibi! Putra anda dan putri brahmana jahat ada janjian, mungkin mereka akan menjalin hubungan secara diam-diam, kami telah menasehatinya, tetapi dia tidak mau menerimanya. Sekarang kami akan pulang ke rumah masing-masing, malam ini bibi mohon perhatikan, jangan sampai dia keluar rumah!”

Setelah para pemuda ini pulang, ibunda menyuruh putranya masuk kamar beristirahat, lalu menaruh wadah buang air di kamar putranya, 


207



Dharma Master menceramahkan Ajaran Benar, namun juga sulit terhindar dari buah akibat karmanya

Pada jaman dahulu kala, ketika Bhagava Sakyamuni sedang membabarkan Dharma di Taman Jetavana, di Kota Sravasti terdapat seorang brahmana, setelah menikah istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki. Brahmana ini demi menghidupi keluarganya, memutuskan ke luar negeri untuk berdagang, namun malangnya di tengah lautan bertemu bahaya.   

Janda brahmana dengan susah payah membesarkan putra mereka satu-satunya. Ketika dewasa, putra brahmana ini bersama teman-temannya bermain-main ke rumah seorang brahmana lainnya, brahmana ini mempunyai seorang putri, ketika putrinya melihat putra brahmana, memberinya sebuah karangan bunga.

Saat itu, teman-temannya bertanya pada putra bhramana : “Apakah kamu dan putri itu ada janjian?”

Putra brahmana berkata : “Ada!”

Para sahabatnya jadi panik dan menasehatinya : “Brahmana ini sifatnya jahat dan sadis, bila dia tahu kamu dan putrinya menjalin hubungan, dia pasti takkan melepaskan dirimu. Kamu jangan coba-coba melakukan hal ini, daripada cari penderitaan sendiri”.


Rabu, 10 Februari 2016

206



Bodhicitta, bertekad semoga pada kelahiran mendatang dapat memahami Dharma nan mendalam.

Buddha Sakyamuni memberitahu Raja Prasenajit : “Paduka! Bhikkhu pada masa kelahiran lampau, sekarang adalah Saya (Buddha Sakyamuni), guru pembimbing waktu itu, sekarang adalah Bhikkhu Rahula. Sedangkan Bhikkhu pangeran sekarang adalah pelayan tua ini, para pengikut Bhikkhu pangeran sekarang adalah para budak wanita yang berpandangan sesat yang membangkitkan Bodhicitta”.

Buddha Sakyamuni membabarkan sampai di sini, lalu memberitahu Raja Suddhodana : “Ayahanda! Orang jahat yang berpandangan sesat ketika melihat Buddha, bisa memperoleh berkah kebajikan yang begitu tak terhingga, apalagi yang merenungi rupa Buddha yang melatih diri sesuai dengan Dharma?”

(Kisah di atas tercantum di “Buddha-dhyana-samadhi-sagara-sutra” bagian enam)
 《菩薩本生鬘論》卷四。)


205



Setelah usai menjalani hukuman di Neraka Avici, terlahir sebagai orang miskin dan hina, selama 500 kehidupan menerima buah akibat karma berupa tuli bahkan buta, juga selama 1200 kehidupan, setiap kelahirannya menjadi budak wanita orang lain.

Ketika Buddha Sakyamuni membabarkan sampai di sini, di istana kediaman Ratu Mallika ada 500 budak wanita, mereka semuanya bertobat dan membangkitkan


204



semoga setiap kelahiran demi kelahiran dapat menjadi kalyanamitraku”.

Bhikkhu pangeran ini sejak menfitnah gurunya, mulai memberi ceramah yang bertentangan dengan kebenaran, Dharma murni disampaikan menjadi Dharma sesat, Dharma sesat disampaikan menjadi Dharma murni, mengajari para pengikutnya untuk berpandangan sesat.

Meskipun dia mengamalkan sila dengan disiplin, tidak kehilangan tata krama, namun dosa akibat salah tafsir akan Buddha Dharma dan menfitnah gurunya, sehingga setelah ajalnya berakhir, segera jatuh ke Neraka Avici. Selama 8 miliar kalpa lamanya menjalani siksaan.


203



Buddha Sakyamuni membabarkan pada Raja Prasenajit : “Pada masa lampau kalpa yang tak terhingga, ada Buddha yang muncul di dunia, nama Buddha itu adalah Tathagata Baogai Dengwang , sempurna akan sepuluh gelar Buddha, setelah Buddha  Baogai Dengwang memasuki Mahaparinirvana, dimulailah periode “Dharma Mirip”, ada seorang raja yang bernama Zabao-Huaguang.

Pada saat itu ada seorang pangeran yang bernama Kuai Jian, meninggalkan keduniawian. Di vihara tersebut ada seorang  Bhikkhu yang bijaksana menerima pangeran jadi muridnya. Juga ada seorang Bhikkhu yang bernama De Hua-guang, memberi ceramah intisari Dharma, membimbing pangeran.

Tetapi pangeran, meskipun sudah meninggalkan keduniawian, tabiat sombongnya masih begitu berat, gurunya memberi ceramah Dharma padanya, setelah mendengarnya pangeran malah salah tafsir, bahkan menceramahkannya secara sesat.

Setelah gurunya meninggal dunia, pangeran berkata pada orang banyak : “Guruku tidak memiliki kebijaksanaan, semoga pada kelahiran yang akan datang takkan lagi bertemu dengannya. Sedangkan guru pembimbingku (menunjuk pada Bhikkhu De Hua-guang) memiliki kebijaksanaan serta berlidah fasih,


Senin, 08 Februari 2016

202



Anatta (tanpa aku), setelah mendengarnya, rambutnya dengan sendiri jatuh berguguran, dan berpenampilan seorang Bhikkhuni, mencapai tingkat kesucian tertinggi yakni Arahat, lalu terbang ke angkasa menampilkan 18 jenis kemampuan gaib.  

Dengan penafsiran salah menceramahkan Dharma, menjalani siksaan Neraka

Raja Prasenajit dan Ratu Mallika, yang melihat pelayan tua meninggalkan keduniawian dan mencapai Arahat, amat bersukacita dan memuji : “Bagus sekali! Sang Buddha bagaikan mentari yang menerangi dunia, yang dapat menghapus Avijja (kegelapan batin/ketidaktahuan), sehingga orang yang berpandangan sesat memperoleh Jalan Kebenaran”.

Raja dan ratu segera mendatangi Taman Jetavana, memohon agar Buddha Sakyamuni membabarkan Dharma : “Bhagava! Pelayan tua itu pada masa kehidupan lampaunya telah melakukan karma buruk apa, sehingga terlahir jadi pelayan? Lalu benih berkah apa yang telah diperbuat, sehingga dia dapat bertemu dengan Bhagava, bahkan segera mencapai tingkat kesucian tertinggi, Arahat?”


201


Ketika pelayan tua menengadahkan kepalanya melihat Rahula dan para Bhikkhu lainnya, jadi tercerahkan dan berkata : “Buddha Dharma tidak pernah mengabaikan para makhluk, seperti diriku yang begitu sesat dan jahat namun masih juga datang menyelamatkanku”.

Dia segera memohon Visudhi Trisarana dan Lima Sila. Pada saat itu Rahula memberi ceramah Dharma kepada pengurus rumah, pelayan tua itu menundukkan kepala menerima Buddha Dharma, belum sempat mengangkat kepalanya, sudah mencapai tingkat kesucian pertama yakni Sotapanna.

Rahula membawa pelayan tua ke Taman Jetavana, dia melihat tubuh Buddha Sakyamuni yang keemasan, dengan bersukacita beranjali lalu bernamaskara pada Buddha, bertobat atas dosanya terdahulu, memohon pada Buddha Sakyamuni agar memperbolehkannya menjadi anggota Sangha.  

Buddha Sakyamuni menyuruh Rahula mengantar pelayan tua ke vihara tempat kediaman Bhikkhuni Mahapajapati Gotami untuk ditabhiskan. Di tengah perjalanan, Rahula memberi ceramah pada pelayan tua tentang Dukkha (penderitaan), Sunyata (kekosongan), Anicca (ketidakkekalan) dan


200



Anathapindika berkata : “Paduka! Hamba menuruti titah paduka”.

Pelayan tua mendengar majikannya bersedia membebaskan dirinya, amat gembira. Raja Cakravartin menggunakan pusaka Ru Yi menyinari wajahnya, sehingga pelayan tua melihat dirinya bagaikan pusaka gadis giok, dia amat bersukacita berkata : “Para sramana itu menyebut diri sendiri telah mencapai kesucian, namun tiada satupun yang serupa ini. Kini Raja Cakravartin muncul di dunia, memberi manfaat bagi para makhluk, sehingga saya berubah dari seorang pelayan tua menjadi pusaka gadis giok”.

Setelah menyelesaikan ucapannya, pelayan tua bernamaskara pada Raja Cakravartin. Pada saat itu pejabat pengurus pusaka membaca ajaran dari Raja Cakravartin, menyebarkan Sepuluh Kebajikan.

Gadis giok (pelayan tua) setelah mendengar Sepuluh Kebajikan, hatinya amat bersukacita, dia berpikir : Dharma yang diucapkan oleh Raja Cakravartin tiada satupun yang tidak bajik. Kemudian, dia menghadap Raja Cakravartin memohon pertobatan. Setelah hati pelayan tua telah diseimbangkan, Rahula dan para Bhikkhu lainnya segera menjelma kembali pada rupa diri yang asli.


199


suara genta dan tambur, di dalam hatinya penuh sukacita sehingga berkata : “Raja Cakravartin telah muncul di dunia, semua makhluk pasti bisa memperoleh manfaat, membedakan baik dan jahat, sejak sekarang para makhluk takkan disesatkan lagi oleh Sramana”.  

Maka itu dia keluar dari sarang kayu, melihat Raja Cakravartin duduk di atas tahta pusaka, dia segera bersujud pada raja.

Raja Cakravartin mengutus pejabat pengurus pusaka untuk menyampaikan pada pelayan tua : “Saudari! Pada masa kehidupan lampau anda menanam berkah besar, oleh karena memiliki rupa kerajaan, kini beta akan mengangkatmu jadi pusaka gadis giok”.

Pelayan tua memberitahu pejabat pengurus pusaka : “Derajatku rendahan, menyerupai tanah, Raja Cakravartin begitu memperhatikan diriku, sehingga daku begitu terkesima. Lantas, berkah kebajikan apa yang kumiliki sehingga berkesempatan menjadi pusaka gadis giok? Andaikata Raja Cakravartin mengasihi diriku, mohon paduka menurunkan titah agar majikanku membebaskan diriku”.

Raja Cakravartin memberitahu Anathapindika : “Pengurus rumahmu memiliki rupa agung, beta menghendaki dia menjadi pusaka gadis giok”.


198



Yang Ariya Rahula yang menerima  pemberkatan dari kekuatan kewibawaan Buddha, memasuki samadhi, setelah bernamaskara pada Buddha, lalu dengan kekuatan gaib menjelma jadi Raja Cakravartin, Ananda berdiri di samping kiri, Ananda menjelma jadi pejabat pengurus pusaka dan Nanda berdiri di samping kanan, Nanda menjelma jadi pejabat pengurus prajurit. 1250 orang Bhikkhu menjelma jadi ribuan putra.

Mereka sampai di rumah dermawan Anathapindika, banyak Yaksa yang berteriak : “Raja Cakravartin muncul di dunia, melenyapkan orang jahat, menyebarkan Dharma bajik”.  

Pelayan tua yang mendengarnya amat bersukacita berkata : “Sungguh menakjubkan, Raja Cakravartin memiliki pusaka Ru Yi, segala keinginan dapat terpenuhi”.  

Pada saat itu Raja Cakravartin tiba di rumah Anathapindika, pelayan tua yang mendengar bunyi


197



melihat Sramana Gautama di gerbang istana, menampilkan berbagai ilmu mistis dan sulap, tubuhNya bagaikan gunung emas, dan masih banyak perhiasan permata yang bisa memancarkan cahaya cemerlang”.  

Selesai berkata lalu masuk ke dalam sangkar kayu, dengan lebih dari seratus lembar kulit untuk menutupi bagian atas sangkar kayu, lalu menggunakan kain putih untuk membungkus kepalanya barulah berbaring di tempat yang gelap.

Buddha Sakyamuni setelah selesai menerima persembahan, bersiap-siap pulang ke Taman Jetavana, Ratu Mallika memberitahu pada Buddha : “Bhagava! Mohon bermaitri karuna menyelamatkan wanita sesat itu, janganlah pulang ke Arama dulu”.

Buddha Sakyamuni memberitahu pada Ratu Mallika : “Pelayan tua ini dosanya amat berat, tidak berjodoh dengan Buddha, tetapi dia memiliki jalinan jodoh dengan Rahula”.

Kemudian Buddha Sakyamuni pulang ke Taman Jetavana, memberitahu pada Rahula : “Pergilah ke rumah Anathapindika untuk menyelamatkan pengurus rumahnya”.

Pada saat itu 1250 orang Bhikkhu yang hadir memberitahu pada Buddha Sakyamuni : “Kami juga berniat ikut serta”.


196


atas, arah atas juga ada Buddha; menunduk ke bawah, juga ada Buddha; lalu menggunakan kedua telapak tangannya untuk menutupi wajahnya, tetapi sepuluh jarinya semuanya berubah jadi Buddha.

Pelayan tua memejamkan sepasang matanya, mata hati terbuka, melihat di angkasa Buddha jelmaan memenuhi sepuluh penjuru alam.

Pada saat itu di Kota Sravasti, ada 25 gadis yang berasal dari Kasta Sudra, 50 gadis dari Kasta Brahmana, dan kasta lainnya, ditambah dengan dayang-dayang Ratu Mallika, seluruhnya berjumlah 500 orang, mereka pernah menfitnah dan tidak percaya pada Buddha Dharma, sekarang melihat Tathagata terbang ke angkasa, menampilkan kepada pelayan tua tubuh jelmaan yang tak terhitung, sehingga mereka membangkitkan sukacita, menghapus pandangan sesat mereka, dengan hormat bernamaskara pada Sang Buddha, menyebut Namo Buddhaya.  

Pelayan tua meskipun telah bertemu dengan Buddha, namun dia tetap berpandangan sesat tidak percaya pada Buddha Dharma. Kemudian, oleh karena dia telah bertemu dengan Sang Buddha, sehingga menghapus 8 juta koti kalpa penderitaan samsara.

Setelah bertemu dengan Buddha, dia bergegas lari pulang ke rumah, menyampaikan pada dermawan : “Hari ini saya bertemu dengan musuh jahat besar,


195



Rahula mengikuti di belakang Sang Buddha.

Pelayan tua ketika melihat Buddha Sakyamuni, panik dan ketakutan hingga bulu kuduknya juga ikut berdiri, berbicara sendiri dan menjauh. Dia ingin keluar melalui lubang anjing, di luar dugaan ternyata lubang anjing tidak bisa dilewati, seluruh pintu gerbang di empat penjuru juga sudah ditutup, hanya pintu gerbang utama yang masih terbuka.

Pelayan tua menutupi wajahnya dengan kipas sambil berjalan keluar, tiba-tiba Buddha Sakyamuni berdiri di hadapannya, seketika itu kipasnya berubah jadi transparan bagaikan kaca, tiada rintangan.

Dia melihat ke arah timur, di arah timur juga ada Buddha; selatan, barat, utara juga ada Buddha berada. Dia menengadah ke



194


Istri Anathapindika menjawab : “Ratu! Angulimala merupakan orang yang amat jahat, namun Sang Buddha juga dapat menyelamatkannya, apalagi seorang pelayan tua?”

Ratu Mallika setelah mendengarnya jadi begitu gembira dan berkata : “Baiklah, besok saya akan mengundang Bhagava ke istana untuk menerima persembahan, saat itu undanglah pengurus rumahmu itu untuk ikut serta ke istana”.

Keesokan harinya, Raja Prasenajit dan Ratu Mallika ketika hendak memberi persembahan kepada Buddha Sakyamuni, dermawan Anathapindika menyuruh pelayan tua untuk membawa guci yang penuh berisi emas dan permata, untuk mendukung raja memberi persembahan kepada Buddha dan Sangha.  

Pelayan tua mendengar dirinya berkesempatan masuk ke istana, sehingga dengan senang hati membawa guci permata ke istana. Ratu Mallika melihat kedatangan pelayan tua, amat gembira dan berkata : “Orang yang berpandangan sesat ini, andaikata Bhagava menyelamatkannya, saya pasti dapat memperoleh manfaat Dharma dari hal ini”.

Pada saat itu, Buddha Sakyamuni masuk ke dalam istana melalui gerbang utama, Yang Ariya Nanda berjalan di samping kiri Sang Buddha, Yang Ariya Ananda berjalan di samping kanan Sang Buddha, Yang Ariya



193



Dia juga tiada hentinya melontarkan kutukan : “Harus menunggu sampai kapan barulah saya takkan mendengar nama Buddha lagi, takkan mendengar nama Sangha lagi?”

Nama jelek si pengurus rumah jadi tersebar ke seluruh pelosok Kota Sravasti, Ratu Mallika juga mendengar perkataan begini, ratu merasa amat prihatin dan berkata : “Sifat dermawan Anathapindika agung bagaikan Bunga Teratai, tetapi kenapa bisa mempunyai seorang pelayan tua yang hatinya bagaikan ular berbisa?”

Maka itu Ratu Mallika berkata pada istri Anathapindika : “Pelayan tua di rumah kalian mengucapkan kata kasar yang menfitnah Triratna, kenapa tidak diusir saja keluar?”