Buddha Sakyamuni membabarkan
pada Raja Prasenajit : “Pada masa lampau kalpa yang tak terhingga, ada Buddha
yang muncul di dunia, nama Buddha itu adalah Tathagata Baogai Dengwang ,
sempurna akan sepuluh gelar Buddha, setelah Buddha Baogai Dengwang memasuki Mahaparinirvana, dimulailah
periode “Dharma Mirip”, ada seorang raja yang bernama Zabao-Huaguang.
Pada saat itu ada seorang pangeran
yang bernama Kuai Jian, meninggalkan keduniawian. Di vihara tersebut ada
seorang Bhikkhu yang bijaksana menerima
pangeran jadi muridnya. Juga ada seorang Bhikkhu yang bernama De Hua-guang, memberi
ceramah intisari Dharma, membimbing pangeran.
Tetapi pangeran, meskipun
sudah meninggalkan keduniawian, tabiat sombongnya masih begitu berat, gurunya
memberi ceramah Dharma padanya, setelah mendengarnya pangeran malah salah
tafsir, bahkan menceramahkannya secara sesat.
Setelah gurunya meninggal
dunia, pangeran berkata pada orang banyak : “Guruku tidak memiliki
kebijaksanaan, semoga pada kelahiran yang akan datang takkan lagi bertemu
dengannya. Sedangkan guru pembimbingku (menunjuk pada Bhikkhu De Hua-guang)
memiliki kebijaksanaan serta berlidah fasih,