“Mengapa saya begitu
dungu sehingga tidak mengenali insan suci dan bijak?”
Pengrajin tembikar
menyadari bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memakamkan jasad insan suci
secara terhormat, maka itu dia pergi menghadap raja, memohon untuk mengadakan
upacara perkabungan bagi insan suci tersebut.
Raja yang mendengar
bahwa ada seorang suciwan besar yang wafat dalam kondisi sedemikian rupa, segera
memerintahkan para pejabat dan para dayang istana, seluruh penduduk kota baik
kalangan atas maupun biasa, melakukan upacara perabuan jasad suciwan lalu
membangun stupa menyimpan relikNya.
Pengrajin tembikar
membuat guci berwarna keemasan, yang berisi abu suciwan, sesuai dengan
kemampuan sendiri membangun stupa di empat penjuru, bahkan mengikrarkan tekad :
“Saya telah melakukan karma buruk berat yang bisa menyebabkan jatuh ke Neraka
Avici, semoga takkan karena dosa ini sehingga saya harus jatuh ke Neraka;
semoga jasa kebajikan dari persembahan ini, pada masa kelahiran mendatang,
dapat bertemu dengan Maha Guru nan sempurna, memperoleh bimbinganNya secara
langsung, takkan merasa lelah dan jenuh, mencapai kemampuan gaib yang bebas tanpa
rintangan yang serupa dengan Yang Ariya”.